PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Thailand termasuk salah satu negara di
Asia yang secara resmi tidak pernah dijajah. Dengan demikian, Thailand lebih
bebas menentukan pilihan bernegara modern daripada negara Asia Tenggara lainnya.
Umat manusia dalam sejarahnya telah
memperlihatkan tentang pentinya pendidikan. Hal ini telah ditelusuri sejak
zaman Nabi saw. Usaha pendidikan kemudian ditindaklanjuti oleh generasi
berikutnya, pendidikan dan pengajaran terus tumbuh dan berkembang sehingga
tersebar diberbagai belahan dunia salah satunya berkembang di negara Thailand
yang mayoritas agama resminya adalah Budha. Tujuan pendidikan dalam islam sama
dengan tujuan hidup manusia yakni: “Insan Pengabdi Allah”. Untuk mencapai
sebuah pendidikan tentu saja diperlukan metode, sistem, dan materi pendidikan.
Untuk mngetahui masalah inilah makalah ini dibuat guna mengetahui secara khusus
tentang perkembangan pendidikan dan lembaga-lembaga yang berkembang dikawasan
Negara Thailand.
B. Rumusan Masalah
Berdasakan
latar belakang tersebut perlu kiranya merumuskan masalah sebagai pijakan untuk
terfokusnya kajian makalah ini. Adapun rumusan masalahnya sebagai berikut:
1.
Bagaimana
perkembangan pendidikan islam di Thailand?
2.
Apa
saja lembaga-lembaga pendidikan islam di Thailand?
C. Tujuan Penulisan
Dari
rumusan masalah diatas dapat diambil tujuan penulisan sebagai berikut:
Untuk mengetahui perkembangan pendidikan islam di
Thailand.
Untuk mengetahui lembaga-lembaga pendidikan islam
di Thailand.
PEMBAHASAN
A. Perkembangan Pendidikan Islam di Thailand
Masyarakat
muslim di Thailand terdiri dari berbagai kelompok sosial dan terdapat berbagai
lokasi geografis. Mereka tersebar di berbagai propinsi di bagain utara, tengah,
dan selatan. Sebagian besar dari mereka merupakan keturunan Melayu, Cam, Asia
Selatan, Indonesia, Huihui, dan Persia. Dengan demikian semakin terbukanya
hubungan sosial di daerah perkotaan, karena pengaruh sistem pendidikan dan
budaya modern. Pada pertengahan 1990-an, tidak kurang dari 4,5 juta penduduk
Thailand yang berjumlah 57 juta adalah muslim. Mereka mengelola kurang lebih
2.300 masjid yang tersebar di berbagai propinsi.
Thailand
adalah salah satu dari negara Asia Tenggara yang apabila ditinjau dari susut
agama yang dianaut oleh penduduknya, mayoritas beragama Budha. Mayoritas umat
islam di Thailand tinggal diwilayah selatan Thailand, yaitu daerah yang disebut
dengan Patani. Masuknya islam ke Patani tidak bisa dilepaskan dengan masuknya
islam ke Asia Tenggara. Bukti paling awal yang bisa ditunjukkan tentang
kedatangan islam ke Patani adalah ditemukannya batu bertulis (prasasti) di
sungai Teras Trengganu. Menurut catatan
ditemukan pada pada tulisan bertarikh 4 rajab tahun 702 H bersamaan dengan 22
Pebruari 1387.
Sejarah
awal Patani diperkirakan muncul pada tahun 1390. Raja Islam pertama Kerajaan
Patani adalah Sultan Isma’il Syah (1500-1530). Beliaulah peletak dasar Kerajaan
Melayu Islam Patani. Semenjak kemuncula kerajaan Islam Patani ini selalu saja
terjadi perjuangan untuk melepaskan diri dari pengaruh Siam. Sultan Midzaffar
Syah (1530-1564) pernah berupaya dua kali untuk menyerah dan menundukkan kota
Ayuthia ibu kota Kerajaan Siam tetapi gagal. Raja Patani yang pertama masuk
islam adalah Raja Payah Tu Naqpa setelah memeluk islam berganti nama dengan
Sultan Isma’il Zilullah Fil Alam atau lebih dikenal dengan Sultan Isma’il Syah.
Kemantapan
dan kemajuan ekonomi serta kekuatan politik Patani yang pada masa itu
kekuasaannya mencapai Klantan, Trengganu, Pahang dan Johor Baru membuat kerjaan
Patani disegani oleh negara-negara tetanggan termasuk Siam.
Proses
islamisasi di Patani tidak bisa dilepaskan dari peranan pendidikan. Pada tahap
awal pendidikan informal sangat berperan yaitu kontak informal antara mubaligh
dengan rakyat setempat. Pada tahap awal pendidikan agama islam di kawasan
Thailand Selatan dilaksanakan pendidikan Al-Quran. Pondok berposisi sebagai
lembaga pendidikan yang amat penting di Thailand Selatan. Pendidikan fomal yang
dilaksanakan pemerintah dimulai pada raja Chalalongkarn atau Rama V pada tahun
1899. sekolah ini kurang mendapat sambutan masyarakat. Melihat itu pada tahun
1921 pemerintah mengeluarkan undang-undang yang mewajibkan sekolah mulai
ditingkat sekolah dasar kelas 1 hingga kelas 4, namun masyarakat Thailand tidak
menyambut dengan baik.
Kebijakan
pemerintah Thailand berikutnya pada tahun 1966, adalah mewajibkan seluruh
institusi pondok untuk mendaftarkan diri ke emerintah di bawah Akta Rongrian
Rat Son Sasna Islam (Sekolah Swasta Mengaar Agama Islam). Sejak itu mulai
perubahan pendidkan pondok di Selatan Thailand. Perubahan itu memunculkan
timbulnya madrsah. Madrasah memiliki ciri:
1. Madarasah
adalah lembaga pendidikan gabungan antara pendidikan agama dan akademik.
Guru-guru pendidikan akademik disediakan oleh pemerintah. Pemerintah memberi
bantuan terhadap sekolah-seolah agama yang telah melaksanakan
peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
2. Pada
akhir 1970-an, sekolah-sekolah agama yang telah memiliki 2 aliran ( agama dan
akademik) mendapat sambutan dari masyarakat.
3. Pada
tahun 1981 ada jumlah 199 sekolah agama, 122 di antaranya yang melaksanakan pendidikan agama dan
akademik.
Peranan
ulama-ulama Patani sangat dominan dalam proses islamisasi tersebut yang
berkiprah di Tanah Melayu di antaranya adalah: Syekh Abdul Kadir Bukit Bayas
yang telah dilantik menjadi mufti kerjaan Trengganu. Syekh Abdullah yang
diangkat sebagai Tukku Pulau Duyung yang menjabat mufti setelah Syekh Abdul
Kadir.
B. Lembaga-Lembaga Pendidikan Islam di Thailand
Komunitas
muslim di Thai berinteraksi dengan pemerintah Thai melalui birokrasi keagamaan
yang dipakai oleh kantor Chularajmontri, Komite Islam Sentral, dan perwakilan
komite islam provinsi yang secara kontitusional dibentuk didalam departement
dalam negeri. Lembaga-lembaga ini mengatur dan mengelola masjid dan kegiatan
pendidikan di tingkat lokal. Masjid dan sekolah islam (pondok) adalah lembaga-lembaga
kunci dalam proses sosialisasi ditegah masyarakat islam. Tempat-tempat ini
merupakan pusat kegiatan bulan Ramadhan, shalat id, shalat jumat, mengaji
Al-Quran, dan kegiatna keagamaan lainnya.
Disini akan dijelaskan beberapa lembaga pendidikan islam yang ada di Negara
Thailand, antara lain:
1.
Pondok
Pengalaman kaum muslim di Muangthai (Thailand)
agak berbeda dengan yang dialami kaum muslim di Indonesia dan Malaysia. Jika
sistem pendidikan agama dan sekolah sekular di Indonesia dan Muangthai hanya
bersifat dualistik, di Muangthai sifatnya adalah kontradiktif. Sekolah-sekolah
pondok yang menawarkan pelajaran agama cenderung lebih disenangi ketimbang
sistem sekolah pemerintah. Mereka merasa lebih at-home dengan pondok, karena
alfabet jawai dan bahasa melayu yang digunakannya.
Pondok adalah lembaga pendidikan yang
berdiri sebagai pengembangan dari lembaga pendidikan istana dan masjid. Pondok
adalah lembaga pendidikan tertua di Patani dan di antara pondok-pondok tertua
itu adalah Dala, Bermin, Semela, Dual, Kota, Gersih, Telok Manok, yang
mempunyai pengaruh besar bagi pertumbuhan pendidikan islam didaerah ini, oleh
karena pondok-pondok ini banyak didatangi oleh para pelajar. Karena itu
pondok-pondok ini banyak sekali pengaruhnya bagi pengembangan bahasa melayu,
pengaruhnya juga sampai ke Burma dan Kamboja (Malek, 1994:95).
Di antara sekian banyak pondok yang
tersebar di daerah Chana ada 4 buah yang paling terkenal sekitar tahun 1955.
Pondok-pondok tersebut adalah:
a.
Pondok Tok Guru
Haji Nor, dikenal dengan sebutan Ayah Nor (Muhammad Nur). Berlokasi di bagian
selatan kota.
b.
Pondok Tok Guru
Haji Leh (Haji Salih), terletak di Timur kota Chana.
c.
Pondok Tok Guru
Haji Somad (Haji Abdul al Samad), terletak di Barat kota Chana.
d.
Pondok Tok Guru
Ghani dikenal sebagai pondok Padang Langa, terletak di sebelah Selatan kota
dikenal di Padang Langa.
Faktor yang membuat Pondok Padang Langa
termashur adalah ketika pondok ini mengadopsi sistem madrasah seperti yang
dikemukaan di negeri-negeri Arab. Pada tahun 1955 Pondok Padang Langan diberi
nama baru “Madrasah al Fatah al Balagh al Mubin”. Pondok ini masih tetap eksis
sampai sekarang.
Perbedaan pondok dengan madrasah di
Thailand adalah, pondok mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Metode
mengajar yang dipakai dalam lembaga pendidikan dengan cara halaqah, yaitu guru
duduk diatas tikar yang dikelilingi oleh para murid, guru memberikan materi
kepada semua murid yang hadir. Karenanya jumlah murid yang mengikuti pelajaran
tergantung pada guru yang mengajar, jika guru itu ulama besar dan mempunyai
kredabilitas intelektual, para muridnya banyak, namun jika sebaliknya ulama
tidak terkenal dan tidak mempunyai kredabilitas intelektual muridnya akan sepi,
bahkan halaqah-nya tutup.
b. Tidak
memakai sistem kelas (nonklasikal)
c. Pelajaran
berpedoman pada kitab-kitab yang dibaca disebuah hall terbuka dikenal dengan
balaisah, 3 kali sehari.
d. Sang
murid mencatat penjelasan dan komentar yang mereka dengar dari guru mereka.
e. Pelajar-pelajar
pemula belajar bersama dengan pelajar senior tidak klasifikasi berdasarkan
latar belakang mereka.
f. Tidak
ada ujian dan tugas-tugas. Tidak ada batas lamanya studi, seseorang bisa saja
bermukim 10 tahun di pondok tersebut.
Ada
beberapa kitab yang digunakan di pesantren:
a. Al Muwatta’ karya Imam Malik bin
Anas ( wafat tahun 795 M).
b. Sahih
al Bukhari karya Abu Abd Allah ibn Ismail ibn Ibrahim ibn Bardizbah al Jufi al
Bukhari (wafat tahun 256 H).
c. Bulugh al Maram (fiqh) karya al
Hafiz Ahmad ibn Ali ibn Hajar al Asqalani (773-852 H).
d. Tafsir Jalalyn, the Qur’an Comentary,
karya Jailal al Din Muhammad ibn Ahmad al Muhall (1389-1459).
e. Al Iqna’ fi Hall Alfaz Abi shuja
oleh Syaikh Muhammad Shirbini (wafat tahun 1570 M).
f. Kitab Shadha al ‘Uzaf fi fanu al Sarf (marphology)
oleh Syaikh Ahmad al Hamlawi.
g. Matna al Bina wal al Asas (marphology)
oleh Allamat Mulla Abd Allah al Dangsi.
h. Matna al Jurumiyah (grammar)
oleh Abu Abd Allah Muhammad ibn Daud al Sinhaji dikenal dengan nama ibn
Ajurrum.
i. Kitab jawahir al Maknun (rethoric)
oleh al Syaikh Makhluf al Munjawi.
Ada 3 unsur pendidikan pondok di Patani,
yaitu unsur pendidikan ibadah yaitu menanamkan keteguhan iman. Tabligh, yaitu
menyebarkan ilmu, ketiga amal mewujudkan ajaran islam di kalangan masyarkat
(Malek, 1994: 97). Materi pelajaran yang diutamakan di pondok adalah
berdasarkan pada pembacaan dan pemahaman kitab-kita klasik, baik dalam bahasa
Arab maupun dalam bahasa melayu tulisan Jawi. Ciri khas pengajarn pondok itu
adalah “No System of education no fixed syllabus, each proffesor (tok guru)
is having his own method of teaching and syllabus.” (Madmarn, 2002: 60).
2.
Madrasah Chitpakdee
Masyarakat muslim di Chiang Mai cukup
dinamis. Dari segi agama, setiap komuntias mempunyai pusat pendidikan yang
biasanya dikaitkan dengan masjid. Di kota Chiang Mai terdapat empat pusat
seperti ini. Kemudian, tiga lagi terdapat lagi didaerah sekitarnya, yaitu di
Nong Ban, Pah Heoy, dan Doi Saket. Dipusat kegiatan dasar pendidikan islam
seperti, mempelajari asas aqidah, ibadah, pembacaan Al-Quran, dan hukum-hukum
islam dilakukan. Di samping itu, kegiatan ilmiah keagamaan diadakan pada waktu
tertentu. Sejak pertengahan 1970-an telah dididirikan sebuah madrasah menengah (Chitpakdee),
di lingkungan San Pah-Koy. Madrasah ini didirikan untuk menyiapkan tenaga ahli
dalam bidang keislaman. Lulusannya dikirimkan untuk menyiapkan tenaga ahli
dalam bidang keislaman. Lulusannya telah dikirimkan untuk melanjutkan studi ke
berbagai negara islam di Asia Tenggara ataupun Timur Tengah, dan Asia Selatan.
Pada awal 1980 tidak kurang dari 40
siswa putra tinggal di asrama dan belajar di Chitpakdee. Mereka
mendapatkan beasiswa dan sekembalinya dari luar negeri perlu mengabdi selama
sekurang-kurangnya 3 tahun dengan komunitas asal masing-masing.
Dengan semakin terbukanya sistem
pendidikan islam, hubungan dengan negara dan pusat islam menjadi semakin
intensif. Bukan hanya para siswa dan mahasiswa muslim Chiang Mai yang
berkesempatan untuk melihat perkembangan di dunia islam, para pemimpin dan
aktivis muslim dari berbagai negeri juga sering mengunjungi Chiang Mai.
Masyarakat muslim di Chiang Mai semakin bersemangat mengangkat syiar islam dan
keberhasilan mereka mengelola Chitpakdee merupakan bukti nyata. Dengan
semakin meningkatnya kesadaran beragama, semakin nyata keterbukaan mereka
terhadap masyarakat muslim di Thailand.
3.
Universitas Pangeran Songkla
Di Thailand kaum Muslim minoritas dari
penduduk Thailand yang mayoritas beragama budha. Pendidikan islam banyak
terpusat di Selatan Thailand di provinsi Patani, Yala, Naratiwat, Satun, dan
Songkla.
Sebagai sampel dari perguruan Tinggi
Islam di Thailand dikemukakan seperti College of Islamic Studies of Songkla
University. Usaha khusus untuk menggabungkan tradisi ilmu agama islam dengan
pendidikan modern yang diasuh negara Thai adalah pembukaan Program kajian Islam
di Universitas Pangeran Songkla, kampus Patani. program tersebut dibuka pada
tahun 1982. Pada tahun 1990 statusnya ditingkatkan menjadi Kolej Kajian Islam,
setara fakultas.
Tingkat pendidikan yang dikelola oleh
collage ini ada 2. Pertama, tingkat sarjana (S1) undergraduate program (4
tahun) yang meliputi hukum islam (islamic law), Silamic Studies (Studi
Islam), Islamic Studies (Arabic Language) (studi bahasa arab), Islamic
Economic and Management, Middle East Study. Kedua, tingkat program master,
Islamic Studies dengan spesialisasi. Islamic law (hukum islam), Usuluddin,
Sejarah dan Peradaban Islam (Islamic History and Civilization), Pendidikan
Islam (Islamic Education).
PENUTUP
Kesimpulan
Mayoritas
umat islam di Thailand tinggal diwilayah selatan Thailand, yaitu daerah yang
disebut dengan Patani. Sejarah awal Patani diperkirakan muncul pada tahun 1390.
Raja Islam pertama Kerajaan Patani adalah Sultan Isma’il Syah (1500-1530).
Proses islamisasi di Patani tidak bisa dilepaskan dari peranan pendidikan. Pada
tahap awal pendidikan informal sangat berperan yaitu kontak informal antara
mubaligh dengan rakyat setempat. Pada tahap awal pendidikan agama islam di
kawasan Thailand Selatan dilaksanakan pendidikan Al-Quran. Pondok berposisi
sebagai lembaga pendidikan yang amat penting di Thailand Selatan.
Beberapa lembaga pendidikan islam tersebar di
seluruh wilayah Thailand yaitu, sebagai berikut:
1. Pondok
2. Madrasah
Chitpakdee di Chai Mai
3. Universitas
Pangeran Songkla di Thailand
DAFTAR
PUSTAKA
Daulay, H. Haidar Putra.2009. Dinamika
Pendidikan Islam di Asia Tenggara. Jakarta: Rineka Cipta
Ensiklopedia Tematis Dunia Islam
Dinamika Masa Kini. Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve
Ensiklopedi Oxford Dunia Islam Moder,
Terj. Eva Y.N, dkk, Cet.2. 2002. Bandung: Mizan
Kuntowijoyo.2000. Paradigma Islam
Interpretasi untuk Aksi. Bandung: Mizan
Suwito. 2005. Sejarah Sosial
Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar