Minggu, 22 Februari 2015

Perkembangan Pendidikan Islam di Thailand


PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Thailand termasuk salah satu negara di Asia yang secara resmi tidak pernah dijajah. Dengan demikian, Thailand lebih bebas menentukan pilihan bernegara modern daripada negara Asia Tenggara lainnya. Umat manusia dalam sejarahnya telah memperlihatkan tentang pentinya pendidikan. Hal ini telah ditelusuri sejak zaman Nabi saw. Usaha pendidikan kemudian ditindaklanjuti oleh generasi berikutnya, pendidikan dan pengajaran terus tumbuh dan berkembang sehingga tersebar diberbagai belahan dunia salah satunya berkembang di negara Thailand yang mayoritas agama resminya adalah Budha. Tujuan pendidikan dalam islam sama dengan tujuan hidup manusia yakni: “Insan Pengabdi Allah”. Untuk mencapai sebuah pendidikan tentu saja diperlukan metode, sistem, dan materi pendidikan. Untuk mngetahui masalah inilah makalah ini dibuat guna mengetahui secara khusus tentang perkembangan pendidikan dan lembaga-lembaga yang berkembang dikawasan Negara Thailand.

B.     Rumusan Masalah
Berdasakan latar belakang tersebut perlu kiranya merumuskan masalah sebagai pijakan untuk terfokusnya kajian makalah ini. Adapun rumusan masalahnya sebagai berikut:
1.         Bagaimana perkembangan pendidikan islam di Thailand?
2.         Apa saja lembaga-lembaga pendidikan islam di Thailand?

C.    Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah diatas dapat diambil tujuan penulisan sebagai berikut:
Untuk mengetahui perkembangan pendidikan islam di Thailand.
Untuk mengetahui lembaga-lembaga pendidikan islam di Thailand.




PEMBAHASAN

A.   Perkembangan Pendidikan Islam di Thailand
Masyarakat muslim di Thailand terdiri dari berbagai kelompok sosial dan terdapat berbagai lokasi geografis. Mereka tersebar di berbagai propinsi di bagain utara, tengah, dan selatan. Sebagian besar dari mereka merupakan keturunan Melayu, Cam, Asia Selatan, Indonesia, Huihui, dan Persia. Dengan demikian semakin terbukanya hubungan sosial di daerah perkotaan, karena pengaruh sistem pendidikan dan budaya modern. Pada pertengahan 1990-an, tidak kurang dari 4,5 juta penduduk Thailand yang berjumlah 57 juta adalah muslim. Mereka mengelola kurang lebih 2.300 masjid yang tersebar di berbagai propinsi.
Thailand adalah salah satu dari negara Asia Tenggara yang apabila ditinjau dari susut agama yang dianaut oleh penduduknya, mayoritas beragama Budha. Mayoritas umat islam di Thailand tinggal diwilayah selatan Thailand, yaitu daerah yang disebut dengan Patani. Masuknya islam ke Patani tidak bisa dilepaskan dengan masuknya islam ke Asia Tenggara. Bukti paling awal yang bisa ditunjukkan tentang kedatangan islam ke Patani adalah ditemukannya batu bertulis (prasasti) di sungai Teras Trengganu.  Menurut catatan ditemukan pada pada tulisan bertarikh 4 rajab tahun 702 H bersamaan dengan 22 Pebruari 1387.
Sejarah awal Patani diperkirakan muncul pada tahun 1390. Raja Islam pertama Kerajaan Patani adalah Sultan Isma’il Syah (1500-1530). Beliaulah peletak dasar Kerajaan Melayu Islam Patani. Semenjak kemuncula kerajaan Islam Patani ini selalu saja terjadi perjuangan untuk melepaskan diri dari pengaruh Siam. Sultan Midzaffar Syah (1530-1564) pernah berupaya dua kali untuk menyerah dan menundukkan kota Ayuthia ibu kota Kerajaan Siam tetapi gagal. Raja Patani yang pertama masuk islam adalah Raja Payah Tu Naqpa setelah memeluk islam berganti nama dengan Sultan Isma’il Zilullah Fil Alam atau lebih dikenal dengan Sultan Isma’il Syah.
Kemantapan dan kemajuan ekonomi serta kekuatan politik Patani yang pada masa itu kekuasaannya mencapai Klantan, Trengganu, Pahang dan Johor Baru membuat kerjaan Patani disegani oleh negara-negara tetanggan termasuk Siam.
Proses islamisasi di Patani tidak bisa dilepaskan dari peranan pendidikan. Pada tahap awal pendidikan informal sangat berperan yaitu kontak informal antara mubaligh dengan rakyat setempat. Pada tahap awal pendidikan agama islam di kawasan Thailand Selatan dilaksanakan pendidikan Al-Quran. Pondok berposisi sebagai lembaga pendidikan yang amat penting di Thailand Selatan. Pendidikan fomal yang dilaksanakan pemerintah dimulai pada raja Chalalongkarn atau Rama V pada tahun 1899. sekolah ini kurang mendapat sambutan masyarakat. Melihat itu pada tahun 1921 pemerintah mengeluarkan undang-undang yang mewajibkan sekolah mulai ditingkat sekolah dasar kelas 1 hingga kelas 4, namun masyarakat Thailand tidak menyambut dengan baik.
Kebijakan pemerintah Thailand berikutnya pada tahun 1966, adalah mewajibkan seluruh institusi pondok untuk mendaftarkan diri ke emerintah di bawah Akta Rongrian Rat Son Sasna Islam (Sekolah Swasta Mengaar Agama Islam). Sejak itu mulai perubahan pendidkan pondok di Selatan Thailand. Perubahan itu memunculkan timbulnya madrsah. Madrasah memiliki ciri:
1.      Madarasah adalah lembaga pendidikan gabungan antara pendidikan agama dan akademik. Guru-guru pendidikan akademik disediakan oleh pemerintah. Pemerintah memberi bantuan terhadap sekolah-seolah agama yang telah melaksanakan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
2.      Pada akhir 1970-an, sekolah-sekolah agama yang telah memiliki 2 aliran ( agama dan akademik) mendapat sambutan dari masyarakat.
3.      Pada tahun 1981 ada jumlah 199 sekolah agama, 122 di antaranya  yang melaksanakan pendidikan agama dan akademik.
Peranan ulama-ulama Patani sangat dominan dalam proses islamisasi tersebut yang berkiprah di Tanah Melayu di antaranya adalah: Syekh Abdul Kadir Bukit Bayas yang telah dilantik menjadi mufti kerjaan Trengganu. Syekh Abdullah yang diangkat sebagai Tukku Pulau Duyung yang menjabat mufti setelah Syekh Abdul Kadir.
B.   Lembaga-Lembaga Pendidikan Islam di Thailand
Komunitas muslim di Thai berinteraksi dengan pemerintah Thai melalui birokrasi keagamaan yang dipakai oleh kantor Chularajmontri, Komite Islam Sentral, dan perwakilan komite islam provinsi yang secara kontitusional dibentuk didalam departement dalam negeri. Lembaga-lembaga ini mengatur dan mengelola masjid dan kegiatan pendidikan di tingkat lokal. Masjid dan sekolah islam (pondok) adalah lembaga-lembaga kunci dalam proses sosialisasi ditegah masyarakat islam. Tempat-tempat ini merupakan pusat kegiatan bulan Ramadhan, shalat id, shalat jumat, mengaji Al-Quran, dan kegiatna keagamaan lainnya. Disini akan dijelaskan beberapa lembaga pendidikan islam yang ada di Negara Thailand, antara lain:
1. Pondok
Pengalaman kaum muslim di Muangthai (Thailand) agak berbeda dengan yang dialami kaum muslim di Indonesia dan Malaysia. Jika sistem pendidikan agama dan sekolah sekular di Indonesia dan Muangthai hanya bersifat dualistik, di Muangthai sifatnya adalah kontradiktif. Sekolah-sekolah pondok yang menawarkan pelajaran agama cenderung lebih disenangi ketimbang sistem sekolah pemerintah. Mereka merasa lebih at-home dengan pondok, karena alfabet jawai dan bahasa melayu yang digunakannya.
Pondok adalah lembaga pendidikan yang berdiri sebagai pengembangan dari lembaga pendidikan istana dan masjid. Pondok adalah lembaga pendidikan tertua di Patani dan di antara pondok-pondok tertua itu adalah Dala, Bermin, Semela, Dual, Kota, Gersih, Telok Manok, yang mempunyai pengaruh besar bagi pertumbuhan pendidikan islam didaerah ini, oleh karena pondok-pondok ini banyak didatangi oleh para pelajar. Karena itu pondok-pondok ini banyak sekali pengaruhnya bagi pengembangan bahasa melayu, pengaruhnya juga sampai ke Burma dan Kamboja (Malek, 1994:95).
Di antara sekian banyak pondok yang tersebar di daerah Chana ada 4 buah yang paling terkenal sekitar tahun 1955. Pondok-pondok tersebut adalah:
a.         Pondok Tok Guru Haji Nor, dikenal dengan sebutan Ayah Nor (Muhammad Nur). Berlokasi di bagian selatan kota.
b.        Pondok Tok Guru Haji Leh (Haji Salih), terletak di Timur kota Chana.
c.         Pondok Tok Guru Haji Somad (Haji Abdul al Samad), terletak di Barat kota Chana.
d.        Pondok Tok Guru Ghani dikenal sebagai pondok Padang Langa, terletak di sebelah Selatan kota dikenal di Padang Langa.
Faktor yang membuat Pondok Padang Langa termashur adalah ketika pondok ini mengadopsi sistem madrasah seperti yang dikemukaan di negeri-negeri Arab. Pada tahun 1955 Pondok Padang Langan diberi nama baru “Madrasah al Fatah al Balagh al Mubin”. Pondok ini masih tetap eksis sampai sekarang.
Perbedaan pondok dengan madrasah di Thailand adalah, pondok mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a.    Metode mengajar yang dipakai dalam lembaga pendidikan dengan cara halaqah, yaitu guru duduk diatas tikar yang dikelilingi oleh para murid, guru memberikan materi kepada semua murid yang hadir. Karenanya jumlah murid yang mengikuti pelajaran tergantung pada guru yang mengajar, jika guru itu ulama besar dan mempunyai kredabilitas intelektual, para muridnya banyak, namun jika sebaliknya ulama tidak terkenal dan tidak mempunyai kredabilitas intelektual muridnya akan sepi, bahkan halaqah-nya tutup.
b.    Tidak memakai sistem kelas (nonklasikal)
c.    Pelajaran berpedoman pada kitab-kitab yang dibaca disebuah hall terbuka dikenal dengan balaisah, 3 kali sehari.
d.   Sang murid mencatat penjelasan dan komentar yang mereka dengar dari guru mereka.
e.    Pelajar-pelajar pemula belajar bersama dengan pelajar senior tidak klasifikasi berdasarkan latar belakang mereka.
f.     Tidak ada ujian dan tugas-tugas. Tidak ada batas lamanya studi, seseorang bisa saja bermukim 10 tahun di pondok tersebut.

Ada beberapa kitab yang digunakan di pesantren:
a.    Al Muwatta’ karya Imam Malik bin Anas ( wafat tahun 795 M).
b.    Sahih al Bukhari karya Abu Abd Allah ibn Ismail ibn Ibrahim ibn Bardizbah al Jufi al Bukhari (wafat tahun 256 H).
c.    Bulugh al Maram (fiqh) karya al Hafiz Ahmad ibn Ali ibn Hajar al Asqalani (773-852 H).
d.   Tafsir Jalalyn, the Qur’an Comentary, karya Jailal al Din Muhammad ibn Ahmad al Muhall (1389-1459).
e.    Al Iqna’ fi Hall Alfaz Abi shuja oleh Syaikh Muhammad Shirbini (wafat tahun 1570 M).
f.     Kitab Shadha al ‘Uzaf fi fanu al Sarf (marphology) oleh Syaikh Ahmad al Hamlawi.
g.    Matna al Bina wal al Asas (marphology) oleh Allamat Mulla Abd Allah al Dangsi.
h.    Matna al Jurumiyah (grammar) oleh Abu Abd Allah Muhammad ibn Daud al Sinhaji dikenal dengan nama ibn Ajurrum.
i.      Kitab jawahir al Maknun (rethoric) oleh al Syaikh Makhluf al Munjawi.
Ada 3 unsur pendidikan pondok di Patani, yaitu unsur pendidikan ibadah yaitu menanamkan keteguhan iman. Tabligh, yaitu menyebarkan ilmu, ketiga amal mewujudkan ajaran islam di kalangan masyarkat (Malek, 1994: 97). Materi pelajaran yang diutamakan di pondok adalah berdasarkan pada pembacaan dan pemahaman kitab-kita klasik, baik dalam bahasa Arab maupun dalam bahasa melayu tulisan Jawi. Ciri khas pengajarn pondok itu adalah “No System of education no fixed syllabus, each proffesor (tok guru) is having his own method of teaching and syllabus.” (Madmarn, 2002: 60).
2. Madrasah Chitpakdee
Masyarakat muslim di Chiang Mai cukup dinamis. Dari segi agama, setiap komuntias mempunyai pusat pendidikan yang biasanya dikaitkan dengan masjid. Di kota Chiang Mai terdapat empat pusat seperti ini. Kemudian, tiga lagi terdapat lagi didaerah sekitarnya, yaitu di Nong Ban, Pah Heoy, dan Doi Saket. Dipusat kegiatan dasar pendidikan islam seperti, mempelajari asas aqidah, ibadah, pembacaan Al-Quran, dan hukum-hukum islam dilakukan. Di samping itu, kegiatan ilmiah keagamaan diadakan pada waktu tertentu. Sejak pertengahan 1970-an telah dididirikan sebuah madrasah menengah (Chitpakdee), di lingkungan San Pah-Koy. Madrasah ini didirikan untuk menyiapkan tenaga ahli dalam bidang keislaman. Lulusannya dikirimkan untuk menyiapkan tenaga ahli dalam bidang keislaman. Lulusannya telah dikirimkan untuk melanjutkan studi ke berbagai negara islam di Asia Tenggara ataupun Timur Tengah, dan Asia Selatan.
Pada awal 1980 tidak kurang dari 40 siswa putra tinggal di asrama dan belajar di Chitpakdee. Mereka mendapatkan beasiswa dan sekembalinya dari luar negeri perlu mengabdi selama sekurang-kurangnya 3 tahun dengan komunitas asal masing-masing.
Dengan semakin terbukanya sistem pendidikan islam, hubungan dengan negara dan pusat islam menjadi semakin intensif. Bukan hanya para siswa dan mahasiswa muslim Chiang Mai yang berkesempatan untuk melihat perkembangan di dunia islam, para pemimpin dan aktivis muslim dari berbagai negeri juga sering mengunjungi Chiang Mai. Masyarakat muslim di Chiang Mai semakin bersemangat mengangkat syiar islam dan keberhasilan mereka mengelola Chitpakdee merupakan bukti nyata. Dengan semakin meningkatnya kesadaran beragama, semakin nyata keterbukaan mereka terhadap masyarakat muslim di Thailand.
3. Universitas Pangeran Songkla
Di Thailand kaum Muslim minoritas dari penduduk Thailand yang mayoritas beragama budha. Pendidikan islam banyak terpusat di Selatan Thailand di provinsi Patani, Yala, Naratiwat, Satun, dan Songkla.
Sebagai sampel dari perguruan Tinggi Islam di Thailand dikemukakan seperti College of Islamic Studies of Songkla University. Usaha khusus untuk menggabungkan tradisi ilmu agama islam dengan pendidikan modern yang diasuh negara Thai adalah pembukaan Program kajian Islam di Universitas Pangeran Songkla, kampus Patani. program tersebut dibuka pada tahun 1982. Pada tahun 1990 statusnya ditingkatkan menjadi Kolej Kajian Islam, setara fakultas.
Tingkat pendidikan yang dikelola oleh collage ini ada 2. Pertama, tingkat sarjana (S1) undergraduate program (4 tahun) yang meliputi hukum islam (islamic law), Silamic Studies (Studi Islam), Islamic Studies (Arabic Language) (studi bahasa arab), Islamic Economic and Management, Middle East Study. Kedua, tingkat program master, Islamic Studies dengan spesialisasi. Islamic law (hukum islam), Usuluddin, Sejarah dan Peradaban Islam (Islamic History and Civilization), Pendidikan Islam (Islamic Education).




PENUTUP
Kesimpulan
Mayoritas umat islam di Thailand tinggal diwilayah selatan Thailand, yaitu daerah yang disebut dengan Patani. Sejarah awal Patani diperkirakan muncul pada tahun 1390. Raja Islam pertama Kerajaan Patani adalah Sultan Isma’il Syah (1500-1530). Proses islamisasi di Patani tidak bisa dilepaskan dari peranan pendidikan. Pada tahap awal pendidikan informal sangat berperan yaitu kontak informal antara mubaligh dengan rakyat setempat. Pada tahap awal pendidikan agama islam di kawasan Thailand Selatan dilaksanakan pendidikan Al-Quran. Pondok berposisi sebagai lembaga pendidikan yang amat penting di Thailand Selatan.
   Beberapa lembaga pendidikan islam tersebar di seluruh wilayah Thailand yaitu, sebagai berikut:
1.      Pondok
2.      Madrasah Chitpakdee di Chai Mai
3.      Universitas Pangeran Songkla di Thailand

DAFTAR PUSTAKA
Daulay, H. Haidar Putra.2009. Dinamika Pendidikan Islam di Asia Tenggara. Jakarta: Rineka Cipta
Ensiklopedia Tematis Dunia Islam Dinamika Masa Kini. Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve
Ensiklopedi Oxford Dunia Islam Moder, Terj. Eva Y.N, dkk, Cet.2. 2002. Bandung: Mizan
Kuntowijoyo.2000. Paradigma Islam Interpretasi untuk Aksi. Bandung: Mizan
Suwito. 2005. Sejarah Sosial Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana


Tidak ada komentar:

Posting Komentar