PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia setiap saat, membutuhkan
pelajaran dari alam semesta sampai ia menemukan cara bertindak yang tepat
mempertahankan kehidupannya. Manusia dilahirkan di dunia ini dalam keadaan
fitrah, sehingga pengaruh lingkungan akan turut mempengaruhi perkembangan
seseorang. Baik ataupun buruknya lingkungan akan menjadi referensi bagi
perkembangan masyarakat sekitarnya. WH. Clarck mengemukakan bahwa bayi yang
baru lahir merupakan makhluk yang tidak berdaya, namun ia dibekali oleh
berbagai kemampuan yang bersifat bawaan. Untuk kebutuhan belajar ini diperlukan
pengaruh dari luar, pengaruh ini disebut dengan istilah pendidikan.
Karenanya, pendidikan adalah suatu yang esensial bagi manusia, melalui
pendidikan, menusia bisa belajar mempelajari alam semesta demi mempertahankan
kehidupannya, karena pentingnya pendidikan, islam menempatkan pendidikan pada kedudukan
yang sangat penting dan tinggi, dan pendidikan islam juga dapat mempengaruhi
kesehatan mental pada individu baik pertumbuhan maupun perkembangan melaui
keluarga, kelembagaan, masyarakat, agama, serta masalah sosial yang akan
dibahas dalam makalah ini.
B. Rumusan Masalah
Adapun
rumusan masalahnya sebagai berikut:
1. Bagaimanakah
landasan psikologi pendidikan dalam prespektif islam ?
2. Bagaimana
pengaruh panca pusat pendidikan agama islam terhadap kesehatan mental?
C. Metode Pemecahan Masalah
Dari
rumusan masalah diatas dapat diambil tujuan penulisan sebagai berikut:
1. Untuk
mengetahui landasan psikologi pendidikan dalam prespektif islam.
2. Untuk
mengetahui pengaruh panca pusat pendidikan
agama islam terhadap kesehatan mental.
PEMBAHASAN
A. Landasan Psikologi Pendidikan dalam Prespektif
Islam
Nilai
psikologis dijadikan sebagai landasan dasar psikologis pendidikan, mengandung
arti bahwa kondisi kejiwaan manusia (peserta didik) sangat berpengaruh terhadap
keberlangsungan proses pendidikan. Proses pendidikan harus mengacu pada
karakteristik perkembangan peserta didik sesuai tahapan-tahapan perkembangan
pribadi. Visi dan misi pendidikan adalah
berusaha pembentukan sikap dan prilaku peserta didik agar tumbuh dan berkembang
sesuai dengan tingkat perkembangan fisik maupun intelektualitasnya. Dalam
konteks ini peran keluarga sangat dominan untuk mendukung ketercapaian proses
pendidikan dan perkembangan peserta didik, terutama aspek sikap dan jiwa
kemandiriannya.
Mengingat
begitu pentingnya aspek pendidikan terhadap manusia, maka perlu kiranya dalam
setiap usaha pendidikan selayaknya dilandasi oleh nilai-nilai yang bersifat
ideal dan berlaku universal. Dasar nilai-nilai ideal itu haruslah merupakan
sumber kebenaran dan kekuatan yang dapat mengantarkan pada aktifitas yang
dicita-citakan. Nilai yang terkandung didalamnya haruslah bersifat universal
dan dapat dikonsumsi untuk seluruh aspek kehidupan manusia serta merupakan
standar nilai yang dapat mengevaluasi kegiatan yang berjalan.
Ali
Ashraf mengemukakan bahwa pendidikan agama Islam seharusnya bertujuan
menimbulkan pertumbuhan yang seimbang dari kepribadian total manusia melalui
latihan spiritual, intelek, rasional diri, perasaan dan kepekaan tubuh
manusia. Karena itu pendidikan seharusnya membukakan jalan bagi pertumbuhan
manusia dalam segala aspek spiritual, intelektual, imajinatif, fisikal, ilmiah,
linguistik, baik secara individual maupun secara kolektif dan memotivasi semua
aspek untuk mencapai kebaikan dan kesempurnaan. Tujuan terakhir pendidikan
Muslim adalah perwujudan penyerahan mutlak kepada Allah, pada tingkat
individual, masyarakat dan kemanusiaan pada umumnya.
Landasan
pendidikan islam pada hakikatnya adalah identik dengan asas pendidikan islam.
Asas pendidikan islam, kata Abdullah (1990:17), adalah al-Qur’an dan Hadist
Nabi saw. Semua kegiatan pendidikan islam harus mengacu atau bertitik tolak
dari al-Quran sebagai firman Allah SWT dan mencontoh dari sunnah Nabi saw yang
ada dalam kitab.
B. Pengaruh Panca Pusat
pendidikan Agama Islam Terhadap Kesehatan Mental
Ada lima pusat
pendidikan yang dapat memengaruhi kesehatan mental pada individu, yaitu:
1. Keluarga
Anak-anak sejak masa bayi hingga masa
sekolah memiliki lingkungan tunggal, yaitu keluarga. Sehingga tak mengeherankan
jika Gilbert Highest menyatakan bahwa kebiasaan yang dimiliki anak-anak
sebagian besar terbentuk oleh pendidikan keluarga.
Keluarga sebagai lembaga pendidikan, maka
orang tua terutama pihak ibu memilki peran yang sangat strategis dalam
mengembangkan pendidikan anak-anaknya. Karena itu, kedua orang tua (ibu dan
bapak) harus membekali diri dengan berbagai ilmu pengetahuan yang nantinya akan
ditransfer dan diinternalisasikan kepada anak, serta orang tua dituntut untuk
menyiapkan waktunya yang cukup guna mendampingi pendidikan anaknya. Begit
pentingnya peranan orang tua dalam keluarga sebagai pendidik.
Pengaruh pendidikan, baik dalam bentuk
pemeliharaan ataupun berbentuk kebiasaan terhadap masa depan perkembangan
seorang anak. Meskipun seorang bayi manusia dibekali potensi kemanusiaan, namun
dilingkungan pemeliharaan potensi tersebut tidak berkembang.
Keluarga sebagai tempat pendidikan
pertama dalam proses perkembangan rasa agama setiap individu. Kedekatan orang
tua dengan anaknya menjadikan orang tua sebagai a significant person bagi
anaknya. Semua perilaku keagamaan orang tua terserap oleh anak menjadi bahan
identifikasi diri anak terhadap orang tuanya. Maka terjadilah proses imitasi
perilaku, karena sekedar peniruan saja atau didiringi oleh keinginan untuk
menjadi seperti orang tuanya. Karena proses imitasi yang terus menerus maka
perilaku keagamaan orang tua terinternalisasi dalam diri anak dan mengkristal
menjadi kata hati.
Pendidik keluarga merupakan pendidikan
dasar bagi pembentukan jiwa keagamaan. Perkembangan agama menurut W.H. Clark,
berjalin dengan unsur-unsur kejiwaan sehingga sulit untuk diidentifikasi secara
jelas, karena masalah yang menyangkut kejiwaan, manusia demikian rumit dan
kompleksnya. Namun, demikian melalui fungsi-fungsi jiwa yang masih sangat
sederhana tersebut, agama terjalin dan terlibat didalamnya. Melalui jalinan
unsur-unsur dan ketenagaan jiwa ini pulalah agama itu berkembang. Dalam kaitan
itu pulalah terlihat peran pendidikan keluarga dan menanamkan jiwa keagamaan
pada anak. Maka, tak mengherankan jika Rasul menekankan tanggung jawab itu pada
kedua orang tua.
2. Kelembagaan
Di masyarakat lembaga pendidikan secara
khusus tidak ada. Anak-anak umumnya dididik dilingkungan keluarga dan
masyarakat lingkungannya. Pendidikan secara kelembagaan memang belum diperlukan,
karena variasi profesi dalam kehidupan belum ada. Untuk menyelaraskan diri
dengan perkembangan kehidupan masyarakat modern, seseorang memerlukan
pendidikan. Sejalan dengan kepentingan itu maka dibentuk lembaga khusus yang
menyelenggarakan tugas-tugas kependidikan yang dimaksud. Dengan demikian secara
kelembagaan maka sekolah-sekolah pada hakikatnya adalah lembaga pendidikan yang
artifisialis (sengaja dibuat). Sejalan dengan fungsi dan perannya, maka sekolah
sebagai kelembagaan pendidikan adalah pelanjut dari pendidikan keluarga. Karena
keterbatasan para orang tua untuk mendidik anak-anak mereka, maka mereka
diserahkan ke sekolah-sekolah.
Memang sulit untuk mengungkapkan secara
tepat mengenai seberapa jauh pengaruh pendidikan agama melalui kelembagaan pendidikan
terhadap jiwa keagamaan para anak. Berdasarkan penelitian Gillesphy dan Young,
walaupun latarbelakang pendidikan agama dilingkungan keluarga lebih dominan
dalam pembentukan jiwa keagamaan pada anak (Jalaluddin, 2010: 296). Barangkali
pendidikan agama yang diberikan kelembagaan pendidikan ikut berpengaruh dalam
pembentukan jiwa keagamaan pada anak.
Pendidikan agama di lembaga pendidikan
bagaimanapun akan memberi pengaruh bagi jiwa keagamaan pada anak. Namun
demikian besar kecilnya tersebut sangat tergantung pada berbagai faktor yang
dapat memotivasi anak untuk memahami nilai-nilai agama. Sebab pendidikan agama
pada hakikatnya merupakan pendidikan nilai. Oleh karena tu, pendidikan agama
lebih dititikberatkan pada bagaimana membentuk kebiasaan yang selaras dengan
tuntunan agama.
3. Masyarakat
Masyarakat merupakan lapangan pendidikan
yang ketiga. Para pendidik umumnya sependapat bahwa lapangan pendidikan yang
ikut mempengaruhi perkembangan anak didik adalah keluarga, perkembangan
pendidikan, dan lingkungan masayarakat. Keserasian antara ketiga lapangan
pendidikan ini akan memberi dampak positif bagi perkembangan anak, termasuk
dalam pembentukan jiwa keagamaan mereka.
Pergaulan hidup atau interaksi sosial
antar manusia yang harmonis, damai dan sejahtera merupakan cita-cita yang harus
diperjuangkan oleh pendidikan. Visi dan misi pendidikan adalah menumbuhkan dan
menggerakkan semangat manusia untuk berani bergaul dan bekerjasama dengan orang
lain secara baik dan benar. Kondisi lingkungan masyarakat sangat menentukan
proses pergaulan hidup manusia. Ada masyarakat yang dalam kehidupannya selalu
dinamis dan ada pula yang statis, ada yang modern, dan ada pula yang primitif.
Kondisi tersebut sangat mempengaruhi pola interaksi manusia, terutama dalam
proses pendidikan.
Besar pengaruh masyarakat terhadap
pertumbuhan jiwa keagamaan sebagai bagian dari aspek kepribadian yang
terintergrasi dalam jiwa pertumbuhan psikis. Jiwa keagamaan yang memuat
norma-norma kesopanan tidak akan dapat dikuasai hanya dengan mengenal saja.
Dalam ruang lingkup yang lebih luas dapat diartikan bahwa pembentukan
nilai-nilai kesopanan atau nili-nilai yang berkaitan dengan aspek-aspek
spiritual akan lebih efektif jika seseorang berada dalam lingkungan yang
menjunjung tinggi nilai-nilai tersebut.
Hubungan antara lingkungan dan sikap
masyarakat terhadap nilai-nilai agama. Di lingkungan masyarakat santri
barangkali akan lebih memberi pengaruh bagi pembentukan jiwa keagamaan
dibandingkan dengan masyarakat lain yang memiliki ikatan yang longgar terhadap
norma-norma keagamaan. Dengan demikian, fungsi dan peran masyarakat dalam
pembentukan jiwa keagamaan akan sangat tergantung dari seberapa jauh masyarakat
tersebut menjunjung norma-norma keagamaan itu sendiri (jalaludin: 299).
Perilaku setap individu juga diasumsikan sebagai hubungan antara manusia dengan
lingkungannya.
4. Pendidikan Agama
Tumbuh dan berkembangnya kesadaran agama
dan pengalaman agama, ternyata melalui proses gradual, tidak sekaligus.
Pengaruh luar sangat berperan dalam menumbuhkembangkannya, khusunya pendidikan.
Pendidikan yang paling berpengaruh dalam perkembangan jiwa yaitu pendidikan
dalam keluarga. Apabila lingkungan keluarga anak-anak tidak diberikan
pendidikan agama, biasanya sulit utnuk memeperoleh kesadarandan pengalaman
agama yang memadai.
Pendidikan agama memang mempunyai
peranan yang sangat penting bagi manusia, oleh karena itu pendidikan agama
islam adalah sebuah upaya nyata yang akan mengantarkan umat islam kepada
perkembangan rasa agama. Umat islam akan lebih
memahami dan terinternalisasi esensi rasa agama itu sendiri. Pertama yaitu rasa
bertuhan; rasa bertuhan ini meliputi merasa ada sesuatu yang maha besar yang
berkuasa atas dirinya dan alam semesta, ada rasa ikatan dengan sesuatu
tersebut, rasa dekat, rasa rindu, rasa kagum dan lain-lain. Kedua yaitu rasa
taat; rasa taat ini meliputi ada rasa ingin mengarahkan diri pada kehendak-Nya
dan ada rasa ingin mengikuti aturan-aturan-Nya.
Pentingnya agama merupakan kewajiban setiap manusia
untuk belajar sekaligus mengajar, hal ini bertujuan agar manusia mampu
menerapkan tujuan pendidikan agama itu sendiri yaitu dalam konsep ketaqwaan dan
keimanan. Menurut Quraish Shihab, tujuan pendidikan al Qur`an
(Islam) adalah membina manusia secara pribadi dan kelompok sehingga mampu
menjalankan fungsinya sebagai hamba dan khalifah-Nya, guna membangun dunia ini
sesuai dengan konsep yang ditetapkan Allah. Atau dengan kata yang lebih singkat
dan sering digunakan oleh al Qur`an, untuk bertaqwa kepada-Nya.
Dengan demikian pendidikan harus mampu membina, mengarahkan dan melatih potensi
jasmani, jiwa, akal dan fisik manusia seoptimal mungkin agar dapat melaksanakan
fungsinya sebagai khalifah di muka bumi.
Pendidikan agama adalah bentuk
pendidikan nilai, karena itu maksimal dan tidaknya pendidikan agama tergantung
dari faktor yang dapat memotivasi untuk memahami nilai agama. Semakin suasana
pendidikan agama membuat betah maka perkembangan jiwa keagamaan akan dapat
tumbuh dengan optimal. Jiwa keagamaan ini akan tumbuh bersama dengan suasana
lingkungan sekitarnya. Apabila jiwa keagamaan telah tumbuh maka akan terbentuk
sikap keagamaan yang termanifestasikan dalam kehidupan sehari-harinya.
5. Media Sosial
Media sosial adalah media komunikasi
yang mampu menimbulkan keserempakan, dalam arti kata khalayak dalam jumlah yang
relatif sangat banyak secara bersama-sama pada saat yang sama memperhatikan
pesan yang dikomunikasikan melalui media tersebut, misalnya surat kabar, radio,
siaran televisi. Media sosial juga dapat disebut sebagai
media online dimana para penggunanya dapat dengan mudah berpartisipasi,
berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog, sosial network, atau jejaring
sosial, wiki, forum dan dunia virtual. Blog, jejaring sosial dan wiki.
Pendidikan itu selalu mengacu dan
dipengaruhi oleh perkembangan budaya manusia sepanjang hidupnya. Budaya masa
lalu berbeda dengan budaya masa kini, dan berbeda pula dengan budaya masa
depan. Perkembangan dan kemajuan teknologi modern sekarang ini sebagai bukti
perkembangan budaya manusia.
Manusia dengan mudah mengakses berbagai
ilmu dengan melalui sarana teknologi, namun disisi lain manusia juga sangat
mudah terpengaruh dengan dampak negatif dari kemajuan teknologi tersebut. Visi
dan misi pendidikan adalah berusaha memanfaatkan, mengkritisi dan menfilter
perkembangan budaya manusia, terutama dalam hal dampak negatif dari kemajuan
teknologi. Di samping itu, pendidikan juga harus diarahkan untuk membangun
kreativitas manusia agar berbudaya, mampu memproduk teknologi dan menggunakannya
dengan baik dan benar.
Munculnya berbagai temuan ilmu
pengetahuan dan teknologi sebagai bagian dari perkembangan budaya modern
manusia, merupakan khazanah yang perlu direspon oleh dunia pendidikan. Dunia
pendidikan perlu mengambil peran dan memanfaatkan teknologi, tentu harus
disesuaikan dengan tradisi dan budaya yang berlaku di masyarakat.
Keberadaan media sosial sangat
berpengaruh dalam kehidupan. Selain dampak positif, dampak negatif yang
ditimbulkan dari media sosial juga beragam. Berbagai macam modus kejahatan di
media sosial banyak ditemukan terutama pada remaja seperti kekerasan,
pelecehan, bahkan tindak kriminal seperti penipuan, pemerasan, pemerkosaan, dan
sebagainya.
Perkembangan media sosial terasa begitu
amat pesat pada kurun waktu terakhir ini. Media ini membantu seseorang untuk
bertemu teman lama dan mengenal teman baru. Mendekatkan jarak teman yang berada
di daerah berbeda. Salah satu media sosial yang banyak digunakan oleh anak-anak
dan remaja adalah televisi, selain karena televisi bisa dilihat dan
didengarkan. Karena dengan televisi kita dapat mendapat informasi tentang apa
saja. Dan acara televisi pada saat ini sudah sangat berkembang. Dari acara
kartun sampai dengan acara politik. Dengan adanya acara yang sedemikian rupa
itulah dapat membuat anak-anak dan remaja kecanduan jika sudah berada dan
menonton televisi, sehingga mereka lupa dengan kewajiban mereka sebagai pelajar
yaitu belajar. Akibatnya nilai pelajaran anak-anak tersebut menurun dan mereka
menjadi anak yang malas karena terlalu asik melihat tayangan di televisi. Saat
ini banyak stasiun televisi yang menayangkan siaran televisi yang tidak
mendidik anak remaja justru menayangkan siaran yang sama sekali tidak mendidik
dan tidak ada manfaatnya.
Mengingat pengaruh negatif media sosial
terhadap remaja yang sangat banyak dan meresahkan, perlu dilakukan arahan,
tuntunan, bimbingan, panduan, dan pengawalan dari pihak-pihak seperti orangtua,
guru, dan pemangku kepentingan dalam pendidikan anak dan remaja. Kecenderungan
meningkatnya tindak kekerasan dan perilaku negatif pada anak dan remaja diduga
sebagai dampak gencarnya tayangan televisi. Karena media ini memiliki potensi
besar dalam merubah sikap dan perilaku masyarakat terutama anak-anak dan remaja
relatif masih mudah terpengaruh dan dipengaruhi.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Nilai
psikologis dijadikan sebagai landasan dasar psikologis pendidikan, mengandung
arti bahwa kondisi kejiwaan manusia (peserta didik) sangat berpengaruh terhadap
keberlangsungan proses pendidikan. Proses pendidikan harus mengacu pada
karakteristik perkembangan peserta didik sesuai tahapan-tahapan perkembangan
pribadi.
Diantara
pusat-pusat pendidikan agama islam yang dapat memengaruhi kesehatan mental
terhadap individu, adalah :
1.
Keluarga. Keluarga
sebagai tempat pendidikan pertama dalam proses perkembangan rasa agama setiap
individu.
2.
Kelembagaan. Pendidikan
agama di lembaga pendidikan bagaimanapun akan memberi pengaruh bagi jiwa
keagamaan pada anak.
3.
Masyarakat. Fungsi
dan peran masyarakat dalam pembentukan jiwa keagamaan akan sangat tergantung
dari seberapa jauh masyarakat tersebut menjunjung norma-norma keagamaan itu
sendiri.
4.
Pendidikan agama. Pendidikan
agama memang mempunyai peranan yang sangat penting bagi manusia, oleh karena
itu pendidikan agama islam adalah sebuah upaya nyata yang akan mengantarkan
umat islam kepada perkembangan rasa agama
5.
Media sosial.
Manusia
dengan mudah mengakses berbagai ilmu dengan mengakses berbagai ilmu dengan
melalui sarana teknologi, namun disisi lain manusia juga sangat mudah terpengaruh
dengan dampak negatif dari kemajuan teknologi tersebut
B. Saran
Pendidikan
agama dinilai memiliki peran penting dalam mempengaruhi kesehatan mental
individu, maka bagi para orng tua agar selalu memberikan perhatian dan
pemahaman terhadap anak. Dengan demikian, pengaruh pendidikan agama dalam
pembentukan jiwa pada anak dapat berlangsung dengan baik.
DAFTAR
PUSTAKA
Arumwardhani, Arie.2011. Psikologi
Kesehatan. Yogyakarta: Galang Press
Ashraf, Ali. 1993. Horison Baru
Pendidikan Islam, cet. Ket-3. Jakarta: Pustaka Firdaus
Jalaluddin.2010. Psikologi Agama.
Jakarta: Raja Grafindo Persada
Santoso, Slamet Imam.1987. Pendidikan
di Indonesia dari Masa ke Masa. Jakarta: CV Haji Mas Agung
Yasin, M. Fatah. 2008. Dimensi-Dimensi
Pendidikan Islam. Malang: UIN-Malang Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar